Rabu, 01 Januari 2014

Kisah Memilukan Aku malu ibuku mata satu

02 Nov 2013

 
 Courtesy ShutterStock.com
   Kasih ibu, kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang suria menyinari dunia...

Membaca syair lagu tersebut serasa merinding seluruh badan. Kerana kasih ibu memang tiada duanya. Demi anaknya, tak sedikit ibu yang mengorbankan apapun yang dimilikinya.

Diceritakan kembali dari mulut ke mulut, dan ditulis ulang dengan rapi demi menyentuh setiap hati pembacanya. Inilah salah satu kisah mengharukan yang menceritakan besarnya cinta seorang ibu yang rela mendonorkan mata untuk anaknya.
***

Aku benci ibuku. Ia tak seperti ibu-ibu lainnya yang cantik dan boleh kubanggakan. Aku selalu malu kalau berjalan dengannya, atau  ketika dia menjemputku di sekolah.
Ibuku memiliki satu mata, penampilannya seadanya saja. Ia bahkan tak jarang mengenakan baju lusuh yang sudah koyak di beberapa bahagiannya.
Kerana ayah telah meninggalkan kami dan tak memberi nafkah kepada kami, akhirnya ibu melamar pekerjaan di sekolahku. Ia memasak di kantin demi melayani guru-guru dan murid di sana. Aku sering sekali berpura-pura tak mengenalnya, kerana aku malu. Aku takut sekali bila teman sekelasku tahu bahawa dia adalah ibuku.

Suatu hari, dia menyediakan makan siang di kantin sekolah untukku. Disajikannya di sebuah piring dengan penuh lauk dan dihiasnya cantik. Tak lupa dia mengucup dan mengusap-usap kepalaku setelah memberikan sepiring makan siang itu. Semua teman yang melihat langsung berkasak-kusuk, dan hal itu membuatku geram.

Sepulang sekolah, aku memarahinya habis-habisan. "Kau tahu betapa malunya aku tadi? Kalau memang kau hanya ingin aku ditertawakan oleh teman-temanku, kenapa kau tidak mati saja?" kataku geram.
Sejak  itu ibuku lebih tahu diri. Dia berusaha menjaga jarak denganku kalau di depan teman-teman. Aku belajar keras untuk selalu mendapatkan ranking dan biasiswa. Aku ingin sekali segera keluar dari rumah ini.
***

Aku berhasil mendapatkan pekerjaan yang baik, menikahi isteri cantik dan dikurniakan anak-anak yang lucu. Aku tinggal di rumah yang cukup mewah dan besar.

Suatu hari, tiba-tiba ibu mengunjungiku tanpa keizinanku. Membawakanku setermos sup hangat yang katanya dimasakkan khusus untuk anak-anakku.
Melihatnya dengan mata satu yang mengerikan, anak-anakku terkejut dan berteriak. Isteriku langsung menggandeng anak-anakku pergi.
Lagi-lagi aku dibuat malu dan tak tahu harus berbuat apalagi. Aku sudah berbahagia dengan hidupku ketika ini. Tapi mengapa ibu malah mengacaukan hidupku?

Aku mengusirnya pergi, dan anak-anakku berteriak kegirangan ketika tahu aku telah mengusirnya. "Jangan pernah lagi berani datang ke rumahku dan menakuti anak-anakku nenek tua!" geramku.
***

Di suatu petang, tetangga lamaku berkunjung ke rumah dan memberikan secarik surat kepadaku. "Ini dari ibumu. Ibumu telah meninggal dunia," katanya.
Aku hanya terdiam, tidak menangis dan tidak bertanya banyak kepadanya. Aku hanya menerima surat itu dan menyimpan di meja kerjaku.
Lama... aku merasa sangat gelisah. Kemudian aku buka secarik envelop tersebut dan kubaca setiap deretan hurufnya dengan penuh air mata dan emosi.

Yang tercinta anakku,
Aku selalu memikirkanmu setiap waktu. Dan aku meminta maaf kalau kedatanganku tempo hari ternyata malah mengganggu keluargamu dan menakuti anak-anakmu.
Tetapi aku sangat bahagia ketika melihatmu sudah hidup bahagia. Sekalipun aku harus menanggung derita ini, aku rela demi cintaku kepadamu.

Aku tahu bahawa hidupku sudah tidak lama lagi. Sehingga aku harus meminta maaf kerana kau telah banyak menderita semasa kecilmu. Kamu seringkali malu kerana memiliki ibu yang hanya punya satu mata ini.
Ada satu hal yang ingin sekali ibu ceritakan kepadamu...

Ketika kau masih bayi, kau mendapat kecelakaan dan kehilangan salah satu mata. Sebagai seorang ibu, aku harus mengambil tindakan itu. Aku meminta doktor mengambil sebelah mataku untukmu. Aku tahu bahawa aku tak akan tahan dan tak akan pernah bahagia bila melihatmu harus menanggung penderitaan ini sendiri. Sebab itulah, aku selalu menjadi ibu yang menakutkan dan tak dapat membuatmu bangga, anakku.

Kini aku bangga, dengan pengorbananku ini, aku boleh melihatmu menjadi orang yang sukses dan bahagia. Aku bahagia dapat membuatmu selalu melihat dunia.
Berbahagialah selalu anakku,

Ibu yang selalu mencintaimu.
 sumber:Vemale.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar